Cara Membuat Masjid dari Mukena dan Sajadah : Inspirasi Hantaran


Cara Membuat Masjid dari Mukena dan Sajadah : Inspirasi Hantaran

Apa sih yang dipikirkan orang-orang saat mendengar kata hantaran atau seserahan?

Pasti membayangkan berbagai perlengkapan sehari-hari yang dihias sedemikian rupa dengan berbagai bentuk unik dan menarik.

Memang tidak ada yang salah dari pemikiran tersebut. Pasalnya hantaran sangat penting dalam tradisi rangkaian pernikahan di Indonesia.

Setiap daerah memiliki aturan dan budaya sendiri dalam urusan hantaran.

Akan tetapi, mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk islam terbesar di dunia, maka mayoritas hantaran juga menyatukan dengan budaya islam.

Salah satunya hantaran untuk perlengkapan sholat.

Sayangnya, banyak orang bingung bagaimana cara menghias mukena dan sajadah agar terlihat menarik sebagai hantaran

Kali ini kita akan berbagi tips bagaimana cara membuat masjid dari mukena dan sajadah.

Simak terus ya artikelnya,

Seserahan itu apa?

Dalam rangkaian proses menikah di Indonesia, ada beberapa hal yang sangat penting dan harus diperhatikan.

Yaitu hantaran, seserahan dan mahar.

Ketiganya adalah hal yang sebenarnya berbeda. Namun di Indonesia, terkadang penyebutan dan definisinya disama-ratakan.

Seserahan sebenarnya merupakan symbol dari rasa tanggung jawab pihak pengantin pria kepada calon pengantin wanitanya. Bisa dikatakan seserahan ini adalah bukti keseriusan.

Seserahan diserahkan secara simbolis saja baik pada acara pernikahan, akad nikah atau acara tertentu sesuai adat dan tradisi budaya.

Seserahan juga sering di definisikan sebagai pengikat (peningset) hati antara dua pihak keluarga yang berbesan.

Adapun isi seserahan umumnya adalah semua barang keperluan pengantin perempuan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Terkadang juga ditambah dengan barang yang diwajibkan oleh tradisi budaya pernikahan yang dipilih. Seperti pisang raja, jajanan basah/lengket, kain batik, alat masak, dan lain lain.

Sementara hantaran berperan sebagai pengetuk pintu dari pihak pengantin pria saat berkunjung ke tempat calon pengantin wanita, pun sebaliknya.

Dibanding seserahan, hantaran lebih di artikan sebagai oleh-oleh seperti halnya saat bertamu.

Sedangkan mahar, tingkatannya yang paling tinggi. Artinya, mahar adalah syarat wajib yang harus dipenuhi oleh calon mempelai laki-laki kepada perempuan agar akad nikah sah secara agama atau negara.

Meski begitu, dalam aturan agama islam, tidaka ada ketentuan besaran mahar bagi seorang laki-laki untuk menghalalkan calon mempelai pria.

Berbeda dengan seserahan dan hantaran yang kadang menyesuaikan dengan permintaan dari calon mempelai wanita atau kemampuan dari calon mempelai pria

Apakah penting?

Meski hanya mahar saja yang diwajibkan dalam Islam, namun secara keseluruhan peran hantaran dan seserahan juga sangat penting di Indonesia.

Terlebih Indonesia adalah negara yang sangat menghormati warisan budaya dan tradisi leluhur terutama dalam adat pernikahan.

Maka dari itu, sangat penting bagi pasangan yang hendak berumah tangga memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu.

Meski tidak paham sepenuhnya, namun para tetua atau bahkan dari pihak EO (Event Organizer) biasanya akan mengarahkan.

Apa saja yang dibutuhkan, harus dibeli, harus dipersiapkan, berapa anggarannya, dan sebagainya.

Sangat tidak etis apabila hidup ditengah masyarakat namun mengabaikan hal-hal tersebut.

Selain dianggap tidak menghormati, calon pengantin pria juga akan dianggap tidak serius dalam menjalin hidup rumah tangga bersama calon pengantin perempuan.

Pasalnya, seserahan atau peningset juga di artikan sebagai symbol keseriusan dari pihak laki-laki untuk sanggup bertanggung jawab memenuhi nafkah lahir batin calon pengantin perempuan.

Jika tidak ada seserahan, artinya pihak mempelai laki-laki dianggap hanya bermain-main saja dan belum mampu menjamin nafkah lahir batin pasangannya.

Sedangkan hantaran lebih menunjukkan tata krama, etika, sopan santun dari kedua belah pihak.

Sebab tidak hanya pengantin pria saja, tapi pihak keluarga pengantin wanita juga harus membawa hantaran saat berkunjung ke mempelai pria.

Seperti halnya seserahan, tidak ada aturan pasti berapa minimal nominal untuk membeli hantaran.

Namun tentu saja harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuan finansial. Terlebih ada banyak pilihan hantaran atau seserahan yang sesuai dengan budget.

Pada intinya ketiga hal tersebut sangat penting dna harus dipenuhi, apalagi mahar

Bentuk-bentuk seserahan/ hantaran

Waktu penyerahan peningset (seserahan) sebenarnya tidaka ada kententuan khusus. Namun mayoritas orang-orang kini memilih menyerahkan semua syarat tadi dalam satu waktu sekaligus.

Yakni saat akad dan resepsi pernikahan.

Biasanya, bentuk seserahan dan hantaran terdiri dari berbagai macam makanan, mulai dari bahan makanan (sembako), kue basah dan kering khas daerah, buah-buahan, perlengkapan mandi, peralatan make up, peralatan sholat, pakaian, sepatu, dan lain-lain.

Semuanya dibawa oleh para pengiring yang berjalan berbaris rapi sebelum bertemu dengan pihak calon keluarga pasangan.

Selain itu, barang-barang tersebut tidak serta merta hanya dibawa saja seadanya didalam wadah atau tas.

Melainkan di hias dengan berbagai macam bentuk, di kreasikan semenarik mungkin sehingga terlihat lebih mewah dan elegan.

Kenapa harus dihias?

Sebenarnya kenapa seserahan dan hantaran serta mahar yang biasa kita temui selalu diberikan dalam berbagai bentuk yang unik dan menarik.

Apakah memang harus begitu?

Kenapa tidak diberikan saja langsung di dalam tas, box atau wadah tertentu tanpa di hias.

Sebenarnya hal itu sudah termasuk dalam tradisi dan kebiasaan masyarakat di Indonesia.

Sebuah acara besar yang mengundang banyak orang tentu identik dengan suasana meriah dan ramai. Termasuk oleh-oleh atau barang bawaannya.

Selain itu acara pernikahan sebagai sebuah pesta tentunya memang memiliki tema/ konsep tertentu. Dalam hal berpakaian pun ada aturannya.

Rasanya sangat tidak pas jika barang barang tersebut diserahkan begitu saja tanpa di hias. Apalagi acara pernikahan termasuka cara formal yang sudah ada aturan sendiri.

Bagaimana cara menghiasnya?

Cara Membuat Masjid dari Mukena dan Sajadah : Inspirasi Hantaran

Ide untuk inspirasi hantaran pernikahan sebenarnya sangat banyak sekali. Kreativitas untuk menghias hantaran juga tak terbatas.

Ada banyak hal yang bisa dimanfaatkan untuk membuat hantaran tampak cantik.

Bisa dengan menambahkan ornamen seperti pita, bunga, kain flanel dan aksesoris lainnya yang beraneka warna sehingga hantaran tampak lebih ramai.

Bisa juga memanfaatkan wadah yang sudah menarik sejak awal, seperti keranjang rotan, anyaman bambu, wadah hantaran lain dari bahan akrilik, kayu, dan lain lain.

Jika ingin budget yang lebih hemat, bisa juga berkreasi sendiri dengan alat dan bahan yang murah.

Cara hias hantaran berbentuk masjid dari mukena dan sajadah

Salah satu hantaran pernikahan yang paling sering digunakan adalah perlengkapan sholat yakni mukena dan sajadah.

Banyak yang bingung mengkreasikan alat sholat supaya menarik dan unik. Sebagian orang hanya melipat dan meletakkannya dalam wadah yang sudah di hias.

Padahal ada ide yang sangat unik dalam mengkreasikan hantaran alat sholat, yakni bentuk masjid. Caranya cukup sederhana, alat dan bahannya juga mudah didapat.

Lalu bagaimana cara membuat masjid dari mukena dan sajadah?

Tentu anda harus siapkan alat dan bahan dibawah ini :

– Mukena dan sajadah. Sebaiknya jangan menggunakan sajadah yang terlalu kaku supaya mudah dibentuk.

– Kardus yang berbentuk persegi atau persegi panjang(bisa kardus bekas air mineral/ mie instan)

– Mangkok plastik kecil atau bola. Bisa juga gunakan bahan lain yang bisa menggantikan bentuk kubah masjid setengah lingkaran.

– Gunting

– Selotip atau lakban

– Jarum pentul

– Pita

– Kain flanel

– Kertas karton

– Lem tembak

– Kain perca atau kapas untuk membuat bulatan bunga.

– Keranjang berbentuk oval.

 

Cara membuat :

  1. Anda harus membuat rangkanya terlebih dahulu, yakni bangunan masjid dari kardus kemudian letakkan mangkuk plastic atau bola yang di belah di bagian tengah. Rekatkan dengan selotip supaya tidak bergeser.
  2. Jika ingin lebih aman, lapisi bahan yang terbuat dari plastic dengan kertas koran atau kertas kado agar tidak licin.
  3. Siapkan menara masjid dari kertas karton atau botol plastic, selotip dengan kardus agar tidak lepas
  4. Selanjutnya anda tinggal melapisi kerangka masjid tersebut menggunakan kain mukena.
  5. Rapikan menggunakan jarum pentul
  6. Hias pita atau kain flanel memakai lem tembak.
  7. Gunakan sajadah sebagai aksesoris tambahan berbentuk bunga atau kipas. Kreasikan serapi mungkin dan gunakan jarum pentul serta lem tembak untuk membuatnya lebih rapi
  8. Selanjutnya tinggal masukkan dalam keranjang dan bungkus dengan plastic atau mika

Begitulah cara membuat masjid dari mukena dan sajadah. Ternyata mudah dan sederhana sekali lho, hanya butuh kreativitas dan kesabaran.

Selamat mencoba