Penggunaan sajadah dalam aktivitas sholat lima waktu bagi umat Islam adalah hal yang sangat biasa.
Bahkan saking biasanya, beberapa jamaah merasa tidak bisa khusyu’ saat sholat jika tidak menggunakan sajadah .
Beberapa alasannya karena khawatir dengan kebersihan karpet, kesucian lantai, batas sholat yang tidak jelas dan lain sebagainya.
Akan tetapi ada juga sajadah yang justru bisa membuat kekhusyu’an sholat jadi terganggu.
Sajadah polos adalah jenis sajadah yang dipilih karena orang-orang bisa mendapatkan manfaatnya tanpa harus merasa terganggu.
Berbeda dengan sajadah bermotif/ corak yang mungkin bagi sebagian orang terasa menganggu.
Kenapa pakai sajadah?
Sebenarnya apakah sajadah penting dalam kegiatan beribadah umat islam yaitu sholat?
Hal ini mungkin menimbulkan berbagai pendapat dari banyak kalangan, khususnya para ulama.
Sajadah sendiri telah lama digunakan dalam sejarah islam di Arab Saudi.
Namun bentuk sajadah pada awalnya bukanlah seperti sajadah yang sering kita temui sekarang.
Ada sebuah hadist dari Abu Sa’id, ia berkata bahwa beliau pernah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau katakan, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di atas tikar, beliau sujud di atasnya.” (HR. Muslim).
Pada saat itulah ide awal penggunaan karpet atau sajadah untuk sholat mulai dikenal. Selanjutnya banyak para saudagar kaya menggunakan tikar dari pelepah daun yang dibawakan oleh budak mereka saat sholat.
Sementara lantai masjid pada saat itu belum dilapisi dengan keramik atau penutup lantai apapun. Sehingga benar-benar berupa tanah yang kotor.
Jika disambungkan dengan hadist sebelumnya, menggunkana tikar saat sholat sebagai alas ternyata pernah dilakukan oleh Rosululloh saw.
Artinya, penggunaan sajadah diperbolehkan.
Adapun alasan utama kenapa orang-orang menggunakan sajadah saat sholat karena dengan berbagai manfaat yang didapat, ternyata tidak ada hukum yang melarang memakai sajadah.
Itulah kenapa orang-orang mulai menggunakannya dan bahkan telah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan saat ini.
Bahkan pada moment- moment tertentu, sajadah sudah menjadi bagian dari tradisi.
Manfaat memakai sajadah
Telah disinggung sedikit mengenai penggunaan sajadah sebagai alas sholat bagi umat muslim.
Akan tetapi, ternyata manfaat sajadah bisa dijabarkan lebih luas lagi sehingga orang-orang merasa harus menggunakan benda ini saat sholat.
Kira kira apa saja manfaatnya? Simak penjabaran berikut ini
- Melindungi dari lantai yang dingin
Permukaan lantai tempat ibadah biasanya berupa keramik yang dingin dan sejuk. Namun jika terlalu lama berdiri/duduk dan berdiam diatasnya juga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.
Tidak nyaman yang dimaksud adalah dingin yang berlebihan.
Sajadah sangat tepat untuk dijadikan pelindung dan memberi kehangatan.
Sajadah cukup tebal untuk melindungi dari dingin, tapi tidak terlalu tebal sehingga terasa panas.
Semuanya terasa pas. Tidak tipis dan tidak terlalu tebal
- Menutupi lantai/ karpet yang kotor
Meski tempat ibadah selalu dibersihkan setiap hari, bukan berarti keadaannya akan selalu bersih setiap waktu.
Sebab ada saja saat tertentu dimana terdapat debu/ kotoran menempel di karpet dan lantai dan belum dibersihkan.
Hal ini lah yang mungkin melatarbelakangi para jamaah memakai sajadah saat sholat. Baik dirumah maupun di tempat ibadah umum seperti masjid dan mushola
Ada rasa khawatir lantai atau karpet yang tersedia dalam kondisi kotor. Sehingga memakai sajadah diharapkan dapat melindungi dari kotoran tersebut.
- Menghindarkan diri dari najis
Selain kotoran, adalagi yang jauh lebih berbahaya yaitu najis.
Berbeda dengan kotoran yang bisa dilihat dengan mata telanjang, beberapa najis cukup sulit di lihat dan dikenali secara langsung.
Apalagi jika nasjidnya sudah mengering tapi belum disucikan.
Menghindari hal-hal tersebut, saat tidak memakai sajadah, bisa saja dahi , kaki atau tangan yang basah mengenai najis tersebut.
Maka dari itu beberapa orang memilih memakai sajadah untuk mencegah hal-hal diluar diluar kendali tersebut.
Sajadah polos Vs Sajadah bermotif
Sajadah sendiri ada banyak jenisnya, baik dari segi bahan maupun segi motif. Tak jarang orang -orang memiliki kriteria tertentu yang membuat permintaan pasar terus berubah.
Dalam hal sajadah, secara garis besar orang-orang menggolongkan sajadah memiliki motif polos dan motif corak.
Motif sajadah polos berarti hanya memiliki warna yang dominan sebagai nilai jualnya. Terlepas dari lembut atau tebal bahan yang digunakan.
Biasanya meskipun polos, sajadah memiliki warna yang lebih variatif dibanding karpet.
Hampir setiap warna bisa anda temukan. Namun tetap saja ada warna popular dari sajadah polos.
Yaitu warna merah, hijau, biru, coklat dan warna-warna lain.
Sajadah polos memberi kesan elegan dan sederhana. Sebagian orang tidak ingin alas sholat yang dipakai terlalu ramai dengan motif hingga mengganggu kekhusyu’an beribadah.
Sementara sajadah motif lebih banyak lagi jenisnya. Sebab motif sajadah tiap negara berbeda. Bahkan motif sajadah bisa ditentukan sendiri oleh produsennya selama masih berada dalam kententuan.
Artinya, motif sajadah bukan sesuau yang dilarang dalam aturan agama islam seperti binantang, manusia, lambang agama lain. Dan sebagainya.
Ada banyak motif sajadah yang bisa dipilih. Misalkan motif batik, motif masjid, motif ukiran, pilar atau tanaman dan bunga.
Motif sajadah turki menjaid salah satu motif yang cukup banyak diminati karena unik dan elegan.
Sedangkan motif sajadah local di Indonesia hingga saat ini masih terus didominasi dengan gambar masjid atau kubah masjid di tengah-tengah sajadah.
Motif sajadah impor dianggap lebih sederhana dan elegan karena tidak memiliki banyak corak.
Meski corak dalam sajadah bisa menjadikannya terlihat lebih indah, namun jika terlalu berlebihan justru mengurangi keindahannya
Kenapa sajadah polos banyak peminat?
Dalam agama Islam, ada salah satu anjuran dalam menggunakan sajadah.
Secara lebih lanjut menggunakan sajadah atau alas sholat yang dianjurkan adalah sajadah yang tidak banyak corak/ motifnya.
Hal itu berdasarkan hadist nabi saw yang artinya :
“Bawalah kain ini ke Abu Jahm dan bawakan kepadaku kain milik Abu Jahm yang tidak bercorak, karena kain yang bercorak tersebut sempat melalaikanku dari salatku (mengganggu kekhusyu’anku).” (HR.Bukhâri dan Muslim dari hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma).
Dari hadist tersebut sangat nampak bagaimana rasa tidak suka Nabi ketika kain yang menjadi alas sholat berliau ternyata membuat kekhusyu’an baginda nabi terganggu.
Bahkan tak tanggung-tanggung, baginda nabi langsung meminta agar dibawakan kain lainnya yang tidak bercorak atau polos.
Artinya, kain yang polos dianggap lebih bisa menjaga kekhusyuan daripada kain bermotif.
Hal itu lantas mempengaruhi perkembangan produksi sajadah di masa selanjutnya.
Banyak orang tentunya yang ingin meniru sunah Nabi Muhammad yang memakai sajadah polos dibandingkan sajadah motif.
Itulah kenapa sajadah polos impor banyak diminati oleh jamaah muslim di Indonesia.
Akan tetapi bukan berarti sajadah bermotif diharamkan untuk dipakai.
Sebab kini masyarakat bisa dibilang sudah biasa dengna berbagai motif sajadah yang ramai. Sehingga karena sangat terbiasa, tidak ada lagi potensi sholat jadi tidak khusyu yang disebabkan oleh sajadah.
Meski begitu, penggunaan sajadah polos masih menjadi favorit bagi orang-orang yang memahami hal diatas,